Rabu, 28 Desember 2011

TUGAS SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN BAB X

Nama : Febi Sconda Midian
Kelas : 3EA11
NPM : 12209596

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang

Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal (luas). Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar atau seks, hal tersebut berpengaruh jika, kapan, dan bagaimana dorongan ini akan memberi kepuasan.
Budaya adalah hal yang diperoleh. Ia nya tidak dimasukkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun, semenjak perilaku manusia dari perilaku. Kerumitan dari masyarakat modern merupakan kesungguhan dimana budaya jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
Budaya terutama dijalankan oleh keadaan yang batasannya cukup bebas pada perilaku individu dan oleh pengaruh fungsinya dari institusi seperti keluarga dan media massa. Kemudian, budaya memberikan kerangka dalam yang mana individu dan rumah tanga gaya hidup menyusun. Batasan dimana perangkat budaya dalam perilaku disebut norma, yang merupakan aturan sederhana dimana menentukan atau melarang beberapa perilaku dalam situasi yang spesifik. Norma dijalankan dari nilai budaya. Dimana nilai budaya adalah kepercayaan yang dipertahankan dimana menguatkan apa yang diinginkan. Pelanggaran dari norma budaya berakhir dengan sangsi yang merupakan hukuman dari pencelaan sosial yang ringan untuk dibuang dari kelompok.


Perumusan dan Batasan Masalah
Pada penulisan ilmiah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian kebudayaan?
2. Dimanakah seseorang menemukan nilai-nilai yang dianutnya?
3. Pengaruh kebudayaan terhadap perilaku konsumen ?
4. Dampak nilai-nilai inti terhadap pemasar ?

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kebudayaan mempengaruhi pembelian dan konsumsi seseorang. Untuk mengetahui apakah teori yang diterima oleh pemasar selama ini sesuai dengan pembelian dan konsumsi masyarakat.


BAB II
LANDASAN TEORI


1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata itu diberi arti “pembentukan dan pemurnian jiwa”. Sedangkan kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata buddayah berasal dari kata budhi atau akal. Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama dan kesusilaan.
Menurut Ki Hajar Dewantara: “Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat” sedangkan menurut Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di Universitas Indonesia: “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”.
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia;
2. kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar; dan
3. kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan dalam pandangan sosiologi
Para sosiolog mendefinisikan kebudayaan Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial antar manusia dalam masyaralat mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut:
1. Keseluruhan (total) atau pengorganisasian way of life termasuk nilai-nilai, norma-norma, institusi, dan artifak yang dialihkan dari satu generasi kepada generasi berikutnya melalui proses belajar (Dictionary of Modern Sociology).
2. Francis Merill mengatakan bahwa kebudayaan adalah :
Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi social
v
v Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.

3. Bounded et.al (1989), kebudayaan. adalah sesuatu yang terbentuk oleh Pengembangan dah transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya symbol bahasa sebagai rangkaian simbol. yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di dalam media, pernerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
4. Mitchell (ed) dalam Dictionary of Soriblogy mengemukakan, kebudayaan adalah sebagian dari perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia (dan produk yang dihasilkan manusia) yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal.

Kebudayaan Dalam Pandangan Antropologi
Berdasarkan. Encyclopedia of Sociology, kebudayaan menurut para antropolog diperkenalkan Pada abad 19. Gagasan ini Pertama. kali muncul di zaman renaisans untuk menggarnbarkan adat istiadat, kepercayaan, bentuk-bentuk sosial, dan bahasa-bahasa Eropa. di masa. silam yang berbeda dengan masa kini. Periode kedua dari kebudayaan terjadi tatkala konsep ini mulai mendapat pengakuan bahwa kini manusia itu berbeda-beda berdasarkan wilayah diatas muka bumi, variasi itu diperkuat oleh bahasa yang mereka gunakan, ritual yang mereka praktekan serta berdasarkan jenis-jenis masyarakat di mana mereka tinggal.
1. Malinowski mengatakan bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat istiadat.
2. Kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari, seorang tidak dapat dilahirkan dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan itu bersifat universal, setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis.

Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adat istiadat, dan kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. (Dictionary of Cultural Literacy).


2. TEMPAT SESEORANG MENEMUKAN NILAI-NILAI YANG DIANUTNYA
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain:
(1) Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul;
(2) Moralitas, diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
(3) Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut.
(4) Penghargaan dan Sanksi : Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik.
(5) Tanggung jawab untuk memilih : adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.

3. PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
Model perilaku konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi responterhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.

Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu”. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.

Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu obat.

Pengaruh Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru
masyarakat.Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.

Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.

4. DAMPAK NILAI – NILAI INTI TERHADAP PEMASAR

Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.

Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang
Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.

Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.

5. PERUBAHAN NILAI
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu :
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
5.1. Variasi nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.

Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.

Usia muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.


BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Kebudayaan yang semakin berkembang mengakibatkan pembelian dan konsumsi yang berubah pula. Kebudayaan secara tidak langsung telah mempengaruhi dalam segala aspek kehidupan manusia. Para pemasar dapat melihat perkembangan kebudayaan dengan cara melalui penjualan produk yang dijual pada konsumen serta pengaruhnya terhadap pembelian dan konsumsi mereka. Seraya melihat perubahan-perubahan nilai kebudayaan yang terjadi pada masyarakat.

Saran
Diharapkan para pemasar dapat meramal dan melihat peluang dari kebudayaan yang dapat mempengaruhi pembelian dan konsumen dimasa mendatang. Perkembangan pembelian dan konsumsi seseorang hendaknya mengikuti perkembangan kebudayaan masyarakat di suatu wilayah pemasaran tersebut. Dalam perkembangan kebudayaan diharapkan teknologi dalam pembuatan produk dapat ditingkatkan sehingga pembelian dan konsumsi dapat meningkat pula.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd Jr., Harper W., Westfal, Ralph & Stasch, Stanley F, Marketing Research, Richard D Irwin, 1977
Aaker, david, marketing Research, John Wiley & Sons, Inc., 1986
Berman, Barry, & Evans, Joel, Retail Management, a Strategic Approach, MacMillan Publishing Book Co., 1986
Busch, Paul & Houston, Michael J., Marketing, Strategic Foundation, The Irwin Series, 1985
Keegan, Warren J., Global Marketing Management, Prentice Hall International Editions, 1989

Kamis, 10 November 2011

TUGAS SOFTSKILL PERILAKU KONSUMEN BAB IV, BAB V dan BAB VI

BAB I

PENDAHULUAN

Pada intinya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk mendapatkan laba sesuai dengan tujuan pokok yang diharapkan. Diantaranya yaitu agar perusahaan dapat menjaga kelangsungan hidup serta kelancaran operasinya. Hal ini tentunya bisa tercapai dengan mengaktifkan dan mengefisienkan kerja perusahaan.
Sebagaimana kita ketahui, dunia usaha sekarang ini banyak menghadapi adanya persaingan. Persaingan antar perusahaan sejenis baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif. Oleh karena itu perusahaan yang ingin hidup dan berkembang harus memperhatikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi serta memuaskan kebutuhan konsumen, khususnya disini pelayanan. Dengan semakin ketatnya persaingan dan semakin selektifnya konsumen dalam memilih produk yang tersedia di pasar, hingga konsumen harus benar-benar teliti dalam pembelian suatu barang. Apakaha barang itu bisa digunakan dalam jangka pajang? Apakah memiliki manfaat yang beasar ? dan masih banyak lagi terlihar juga dari segi kulitas dan kualitatif sehingga membuat perusahaan harus semakin bekerja keras untuk dapat meraih targetnya dan mempertahankan konsumen untuk bisa kembali lagi membeli di produk di perusahaan itu. Dengan banyaknya pesaing, perusahaan dituntut untuk mendapatkan pangsa pasar dengan jalan menentukan dan memilih langkah-langkah yang tepat di dalam hal pemasaran. Dengan adanya persaingan seperti ini perusahaan-perusahaan harus mampu memilih strategi yang tepat untuk memasarkan hasil produknya, sehingga setiap perusahaan harus berkompetisi dalam menentukan kebijakan yang akan diambil dan dilakukan untuk memenangkan pasar. Untuk mencapai tujuan hal tersebut tidak terlepas dari kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen baik dalam bidang produksi, keuangan maupun pemasaran. Karena suatu keputusan yang diambil oleh pihak perusahaan akan menentukan bagi jalannya suatu perusahaan. Keputusan yang tepat akan menunjang operasional dalam mencapai tujuan dan sebaliknya keputusan yang tidak tepat dapat menghambat tujuan perusahaan atau bahkan dapat menghancurkan perusahaan itu sendiri. Adapun Tujuan kegiatan pemasaran yang harus kita pahammi terlebih dahulu adalah mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Keputusan membeli pada dasarnya berkaitan dengan “mengapa” dan “bagaimana” tingkah laku konsumen.


BAB II

PEMBAHASAN

A.Proses Pengambilan Keputusan Pada Konsumen

Setelah konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh yang diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen. Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan dalam pengambilan keputusan, serta pengambilan keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki oleh konsumen.



B.Konsep Keputusan

Keputusan adalah suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli tapi memilih membeli, maka dia ada dalam posisi membuat keputusan. Semua orang mengambil keputusan setiap hari dalam hidupnya tanpa disadari. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen harus melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai. Tiga tingkatan dalam pemecahan ini:

  • Pemecahan masalah yang mensyaratkan respons yang rutin.
    Keputusan yang diambil tidak disertai dengan usaha yang cukup untuk mencari informasi dan menentukan alternatif. Kebiasaan berjalan secara otomatis, prilaku seseorang merupakan respon terhadap rutinitas karena dilakukan berulang-ulang seringkali tanpa disadari.
    Pemecahan masalah dengan proses yang tidak berbelit-belit (terbatas).
  • Pemecahan masalah ini menyebabkan seseorang tidak peduli dengan ada tidaknya informasi dengan menggunakan criteria yang kurang lebih sudah terbentuk, untuk mengevaluasi kategori produk dan mereknya. Tidak mengevaluasi setiap atribut dan fitur produk dalam memilih mana yang sesuai dengan kebutuhannya.
  • Pemecahan masalah yang dilakukan dengan upaya yang lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan (pemecahan masalah yang intensif).
    Di tingkat ini konsumen memerlukan informasi yang relative lengkap untuk membentuk criteria evaluasi dari kriteria yang baku .

Prosesnya lebih rumit dan panjang mengikuti proses tradisional. Mulai dari sadar akan kebutuhan, motivasi untuk memenuhi kebutuhan, mencari informasi, mengembangkan alternative, memilih satu dari berbagai alternatif dan memutuskan untuk membeli. Terutama menyangkut produk yang gampang terlihat oang lain dan sangat mempengaruhi citra diri sosial seseorang (significant others) orang lain yang signifikan bagi kehidupan seseorang, terutama citra dirinya).

1. Aspek-aspek pemilihan keputusan:
Produk yang murah - Produk yang lebih mahal

    1. Pembelian yang sering - Pembelian yan jarang
    2. Keterlibatan rendah - Keterlibatan tinggi
    3. Kelas produk dan merek kurang terkenal- Kelas produk dan merek terkenal
    4. Pembelian dengan pertimbangan dan - Pembelian dengan pertimbangan

6. Pencarian yang kurang matang. dan pencarian intensif

C. Analiis Pengambilan Keputusan oleh Konsumen

Ada empat sudut pandang dalam menganalisis pengambilan keputusan konsumen
-Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua alternative produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap alternative yang ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat mengidentifikasikan satu alternatif yang terbaik, disebut economic man. Tidak reatistis karena manusia memiliki keterbatasan kemampuan, kebiasaan dan gerak.
Contoh; orang yang tidak terampil berkomunikasi akan malas bertanya.

Manusia dibatasi oleh nilai-nilai dan tujuan.
Contoh; seorang perempuan yang ingin menghangatkan badan tidak harus pergi ke kota untuk membeli ronde, cukup dengan membuat kopi panas untuk memenuhi tujuannya.
iii. Manusia dibatasi oleh pengetahuan yang mereka miliki.
Tidak semua informasi mengenai produk bisa mereka pahami, kriteria evaluasi yang ingin mereka bentuk pun tidak akan setepat economic man. Konsumen tidak membuat keputusan yang rasional, tetapi keputusan yang memuaskan adalah keputusan yang cukup baik.Sudut Pandang Pasif
Sudut pandang ini berlawanan dengan sudut pandang ekonomis, konsumen pada dasarnya pasrah pada kepentingan sendiri dan menerima secara pasif usaha-usaha promosi dari para pemasar. Konsumen dianggap sebagai pembeli yang impulsive dan irasional.
Kelemahannya adalah pandangan ini tidak mempertimbangkan kenyataan bahwa konsumen memainkan peranan penting dalam setiap pembelian yang dilakukan, baik dalam mencari informasi tentang berbagai alternative produk, maupun dalam menyeleksi produk yang dianggap akan memberikan kepuasan.
-Sudut Pandang Kognitif
Konsumen sebagai cognitive man atau sebagai problem solver. Kosumen merupakan pengolah informasi yang selalu mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan gerai. Pengolah informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak produk. Cognitive man berdiri di antara economic man dan passive man, seringkali cognitive man punya pola respon terhadap informasi yang berlebihan dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk memenuhi pengambilan keputusannya (heuristic) pada keputusan yang memuaskan.
-Sudut Pandang Emosianal
Menekankan emosi sebagai pendorong utama, sehingga konsumen membeli suatu produk. Favoritisme buktinya seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya, apapun yang terjadi. Benda-benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi.
anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar. Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang rasional.

D.Model Sederhana untuk menggambarkan pengambilan keputusan konsumen.
Pengaruh Eksternal
Usaha-usaha pemasaran pemasaran Lingkungan social budaya: keluarga, sumber informal, sumber non komersial, kelas social, budaya dan sub budaya.

Pengambilan Keputusan Pada Konsumen, Sadar akan kebutuhan, Mencari sebelum membeli, Mengevaluasi alternative.

-Area psikologis
a. Motivasi
b. Persepsi
c. Pembelajaran
d. Kepribadian
e. Sikap

-Perilaku Setelah Keputusan Pembelian
a. Percobaan
b. Pembelian ulang

Evaluasi Setelah Pembelian

- Input
Komponen input merupakan pengaruh eksternal sebagai sumber informasi tentang produk tertentu yang mempengaruhi nilai yang berhubungan dengan produk, sikap dan perilaku konsumen.
> Input Pemasaran, aktivitas pemasaran yang merupakan usaha langsung untuk menjangkau, menginformasikan, dan membujuk konsumen agar membeli dan menggunakan produk tertentu. Usaha melalui 4P, yaitu Product, Price, Place, Promotion.
> Pengaruh Sosial Budaya, membujuk konsumen karena adanya lingkungan sosial budaya seperti keluarga, sumber informal, sumber non komersial, kelas sosial, budaya dan sub budaya.
- Proses
Merupakan tahap yang memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan. Berbagai faktor psikologis yang melekat pada setiap individu, mempengaruhi input dari luar pada tahap input mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan, pencarian informasi sebelum pembelian, dan evaluasi terhadap berbagai alternative.
> Sadar akan kebutuhan, konsumen menyadari akan adanya kebutuhan ketika menghadapi suatu masalah.
> Pencarian pra beli, konsumen berada pada tingkatan ini jika ia memerlukan informasi yang akan digunakan sebagai dasar menentukan pilihan produk.
> Evaluasi terhadap alternative, konsumen cenderung menggunakan dua tipe informasi, yaitu
>>Mengetahui merek yang konsumen rencanakan untuk digunakan dalam memilih.
>>Kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi tiap-tiap merek.
- Output
Dua macam kegiatan pasca keputusan yang saling berhubungan, yaitu :
- Perilaku beli
- Evaluasi pasca beli
>>>Jenis-jenis situasi dalam proses pengambilan keputusan konsumen :
>Situasi Komunikasi : situasi pada waktu konsumen menerima informasi, mempengaruhi perilaku konsumen. Bila konsumen sedang membutuhkan produk, maka dia akan berada dalam situasi yang kondusif untuk menerima informasi itu dan membentuk persepsi yang penting tentang produk. Apabila seseorang baru saja mengetahui bahwa dia gagal dalam ujiannya, dia tidak akan memperhatikan komunikasi pemasaran yang sedang berlangsung.
> Situasi Pembelian : situasi dapat pula mempengaruhi situasi pembelian. Bila seseorang berbelanja sendiri, dia tidak akan melakukan banyak pencarian informasi, seperti apabila dia pergi dengan teman-temannya ataupun keluarga nya.
> Situasi Penggunaan : pada waktu orang ingin menjamu tamu yang penting bagi dia, dia tidak akan memakai alat-alat makan yang biasa dia pakai, tetapi akan membutuhkan peralatan makan yang lebih bagus.
>Situasi Penggantian Produk : keputusan untuk membuang bungkus produk sebelum dan sesudah konsumsi, dan keputusan untuk menyingkirkan produk yang sudah tidak dipakai lagi.

E.Sifat-sifat Pengaruh Situasional
Pengaruh situasional adalah faktor-faktor yang penting dalam waktu dan di tempat pengamatan yang tidak ada hubungannya dengan atribut pribadi ataupun stimulus, mempunyai efek yang sistematis dan bisa dilihat, terhadap perilaku seseorang. Jadi, situasi merupakan faktor-faktor di luar dan dipisahkan dari produk dan atau iklan tentang produk yang mempengaruhi konsumen. Konsumen tidak merespon stimulus pemasaran itu saja, tetapi bersama-sama dengan situasi.

E.1.Klasifikasi Situasional
-Lingkungan Fisik : termasuk dekorasi, suara, aroma, pencahayaan, cuaca dan susunan barang dagangan (produk) dan benda-benda lain yang mengelilingi obyek stimulus.
-Lingkungan Sosial : adalah individu-individu yang juga hadir atau berada di tempat yang sama pada waktu pembelian atau konsumsi. Walaupun tampaknya orang membeli dan berbelanja dengan maksud mendapatkan produk tertentu, Konsumen akan merasa nyama saat berbelanja di suatu tempat yang di datangi oleh konsumen-konsumen lain yang kelas nya sama.
-Lingkungan Waktu : waktu yang tersedia untuk berbelanja, sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk menentukan pilihannya. Contoh; Layanan antar cepat.
-Tujuan Konsumsi : Marketer membagi tujuan itu menjadi pembelian untuk digunakan atau dikonsumsi sendiri dan pembelian untuk diberikan kepada orang lain sebagai hadiah. Dalam pembelian untuk digunakan sendiri, konsumen lebih yakin tentang apa yang sudah diputuskannya. Maka pertimbangan dan proses pengambilan keputusan konsumen akan menjadi rumit dan memerlukan waktu yang agak lama.
-Suasana hati Konsumen dan atau Kondisi Sementara saat Pembelian : Suasana hati yang positif mendorong pembelian impulsive. Harus di perhatikan Kondisi sementara konsumen, seperti lelah, gembira, marah,kecewa akan mempengaruhi keputusan yang akan di pilih konsumen.
- Situasi Hari-hari tertentu (hari-hari besar): situasi ini adalah perilaku yang sering berhubungan yang mempunyai arti simbolik dan dilakukan untuk merespon peristiwa-peristiwa sosial. Contoh; Konsumen yang beragama Kristen akan banyak yang membeli peralatan natal pada saat akan merayakan hari natal.


BAB III

KESIMPULAN


Keputusan membeli oleh konsumen dipengaruhi oleh banyak factor eksternal maupun internal
-faktor-faktor eksternal, seperti informasi pemasaran dan lingkungan sosial budaya, faktor-faktor –faktor-faktor internal , misalnya motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, sikap dan pengalaman. Pengambilan keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh situasi dimana proses dan perilaku beli terjadi. Situasi komunikasi, situasi pembelian, situasi penggunaan dan situasi penyingkiran produk, semuanya menentukan keputusan beli. Lingkungan fisik, lingkungan sosial, waktu, tujuan pembelian, konsumsi dan suasana hati tidak dapat diabaikan sebagai unsur-unsur yang sangat penting dalam keputusan membeli. Situasi terakhir adalah situasi-situasi tertentu yang banyak dimanfaatkan pemasar untuk mempengaruhi perilaku konsumen.
Saran
Dalam mengambil keputusan mengenai pembelian suatu barang, kita harus memperhatikan mana kebutuhan yang penting dan jumlah uang yang kita punyai, juga menetapkan dan menggunakan berbagai kriteria evaluasi termasuk harga, Merek dan lain-lain pada saat membuat keputusan pembelian. Selain itu, menilai kinerja setiap alternatif sebagai dasar evaluasi serta mengetahui dan memahami bagaimana situasi konsumen dalam menentukan pilihan dengan melihat berbagai aspek yang ada.

Sumber : http://henzie26.blogspot.com/2010/03/evaluasi-alternatif-sebelum-pembelian.html

Senin, 07 November 2011

TUGAS METODE RISET PERTEMUAN Ke 7 BAB VI dan BAB V

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Berawal dari sebuah perusahaan mi instan, Indofood secara progresif telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mmencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran.

Sebagai perusahaan terkemuka dalam industri makanan olahan di Indonesia, Indofood didukung oleh sistem distribusi yang ekstensif sehingga produk-produknya dikenal di seluruh penjuru Nusantara.

Perseroan mengoperasikan empat Kelompok Usaha Strategis (Grup) yang saling melengkapi:

  1. Produk Konsumen Bermerek (CBP), memproduksi berbagai macam produk makanan dalam kemasan yang tercakup dalam Divisi Mi Instan, Penyedap Makanan, Makanan Ringan serta Nutrisi & Makanan Khusus. Dengan diakuisisinya PT Indolakto (Indolakto) pada tahun 2008, Divisi Dairy merupakan segmen baru di Grup CBP yang akan memperkuat posisi Grup ini di pasar yang memiliki pertumbuhan pesat. Kegiatan Grup CBP didukung oleh Divisi Bumbu dan Kemasan.
  2. Bogasari, memiliki kegiatan utama memproduksi tepung terigu, pasta dan biskuit. Kegiatan Grup ini didukung oleh unit perkapalan.
  3. Agribisnis, kegiatan utama Grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan kelapa sawit, pemuliaan, termasuk juga penyulingan, branding, serta pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening. Di samping itu, kegiatan usaha Grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet, tebu, kakao dan teh.
  4. Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan produk-produk pihak ketiga.

Warisan Indofood terbesar saat ini adalah kekuatan merek-merek yang dimilikinya, bahkan banyak di antara merek tersebut melekat di hati masyarakat Indonesia selama bertahuntahun. Ini termasuk beberapa merek mi instan (Indomie, Supermi dan Sarimi), dairy (Indomilk dan Cap Enaak), tepung terigu (Segitiga Biru, Kunci Biru dan Cakra Kembar), minyak goreng (Bimoli), margarin (Simas Palmia). Meskipun menghadapi kompetisi ketat, merek-merek ini tetap merupakan pemimpin pasar di masing-masing segmennya, dikenal atas produknya yang berkualitas tinggi dan diterima dengan baik oleh berbagai segmen pasar.

4.2Visi Perusahaan dan Kegiatan Pemasaran

Visi Indofood Sukses Makmur, Tbk. Adalah menciptakan pilihan menjadi penyedia utama makanan dan consumer products bermerek terkemuka bagi jutaan consumen di Indonesia dan juga diberbagai penjuru dunia. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Mempunyai 63 perusahaan termasuk anak cabangnya dengan jaringan distribusinya meliputi lebih dari 350 depot dengan jumlah karyawan tetap sampai dengan 31 Desember 2006 sebanyak 49.367 karyawan tetap dan 1200 kendaraan operasional yang menjangkau lebih dari 150.000 pengecer tersebar di berbagai pulau di Indonesia. Kegiatan pemasaran memegang peranan sangat penting dalam menjual produknya kepada masyarakat dengan cara:

  1. Penjualan langsung, yaitu dilakukan dengan menggunakan armada penjualan sendiri yang beropersi di DKI Jakarta, Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
  2. Penjualanm tidak langsung, meliputi wilayah pemasaran di seluruh Indonesia. Dilakukan lewat distributor lalu pngecer dan grosir baru ke konsumen akhir.
  3. Lewat promosi, melalui media cetak maupun elektronik.

4.3 Penyajian Data

Berikut ini dalam tabel 1 adalah rekapitulasi data biaya promosi, biaya distribusi dan penjualan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Untuk melihat perkembangan biaya promosi, dan biaya distribusi serta tingkat penjualan dari tahun 2007 sampai dengan 2010 dijelaskan melalui tabel. Dengan menggunakan table dapat dilihat tingkat kenaikan atau penurunan dari biya promosi, distribusi maupun volume penjualan.

Data Biaya Promosi, Biaya Distribusi dan Volume Penjualan

(dalam rupiah)

Tahun

Biaya Promosi(X1)

Biaya Distribusi (X2)

Volume Penjualan (Y)

2007

1.128.611.024.731

49.543.288.948

43.566.445.215.300

2008

1.341.007.503.230

62.167.065.588

43.798.562.524.297

2009

1.417.244.691.144

75.736.572.811

45.142.264.552.651

2010

1.502.469.568.011

104.358.403.249

53.030.071.493.139

Terlihat bahwa perkembangan biaya promosi dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang berfluktuasi. Pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 18.8%. Pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 5.66% dan akhirnya pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 5.99%.

perkembangan biaya distribusi yang pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan sebesar 20.96% dan akhirnya pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 38.67%.

Selain biaya promosi dan biaya distribusi dapat dilihat juga perkembangan penjualan dari tahun ke tahun secara fluktuasi, baik dilihat dari rupiah maupun persentasenya. Tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0.83%, tahun 2009 mengalami kenaikan sebear 3.06% dan pada akhir 2010 mengalami kenaikan sebesr 17.47%.

4.3.1 Analisis Statistik Regresi Linear Berganda

Pada penelitian ini menggunakan persamaan analisis regresi linier berganda. Persamaan lilier regresi berganda berfungsi untuk mengetahui besarnya pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Jadi secara implisit pembentukan persamaan regresi linier berganda sama artinya dengan menghitung besarnya pengaruh variabel-variabel bebas yang membentuk persamaan terhadap Y ( variabel terikat ). Teknik analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini, pengolahan data penelitian menggunakan alat bantu komputer dengan program R-Commander dan diperoleh hasil sebagai berikut :

Hasil Analisis Linier Berganda


Estimate

Std. Error

t value

Pr(>|t|)

(Intercept)

5.145

7.302

7.046

0.0898

distribusi

3.061

5.392

5.676

0.1110

promosi

-2.033

7.922

-2.566

0.2365

R-squared: 0.986

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, hasil penelitian diperoleh data yang meliputi satu variabel terikat yaitu volume penjualan ( Y ) dan dua variabel bebas yaitu biaya promosi (X1 ) dan biaya distribusi ( X2 ) . Sehingga dari dua variabel bebas tersebut dapat dihitung besarnya pengaruh biaya promosi dan biaya distribusi terhadap volume penjualan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, dengan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 5.145 2.033X1 + 3.061 X2 + e

Interprestasi dari model regresi linier berganda diatas dapat dianalisa sebagai berikut:

  1. Konstanta (β0) sebesar 5.145 menunjukan bahwa apabila biaya promosi tidak terjadi perubahan atau X1 = 0 dan biaya distribusi tidak terjadi perubahan atau X2 = 0 maka volume penjualan akan naik dengan nilai sebesar Rp 5.145.
  2. Nilai koefisien variasi produk ( β1 ) sebesar -2.033menunjukkan bahwa jika nilai biaya promosi meningkat satu satuan maka akan menurunkanpenjualan produk sebesar - Rp. 2.033 satuan dengan asumsi variabel bebas lain (biaya distribusi) konstan.
  3. Nilai koefisien biaya promosi ( β2 ) sebesar 3.061 menunjukkan bahwa jika biaya promosi meningkat satu satuan rupiah maka akan menaikan penjualan sebesar Rp. 3.061 dengan asumsi variabel bebas lain (biaya promosi) konstan.
  4. e menunjukkan faktor pengganggu di luar model yang diteliti.

Nilai koefisien determinasi atau R square digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Hasil dari perhitungan diperoleh nilai R square = 0.986 yang berarti 98,6% besarnya volume penjualan dapat dijelaskan oleh variabel biaya promosi dan biaya distribusi. Sedangkan sisanya 1,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti.

4.3.2 Pengujian Hipotesis

4.3.2.1 Pembuktian Hipotesis Pengaruh Variabel Bebas Secara Simultan Terhadap Variabel Terikat ( Uji F )

Untuk menguji hipotesis variabel variasi produk dan biaya promosi berpengaruh terhadap volume penjualan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, secara simultan maka dilakukan uji F. Hasil uji F sesuai dengan perhitungan dapat dilihat pada lampiran seperti pada tabel analisis regresi linier berganda.

H0 : Hipotesa nol menyatakan bahwa variabel biaya promosi dan biaya distribusi secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan.

H1 : Hipotesa alternatif menyatakan bahwa biaya promosi dan biaya distribusi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan.

P-value >/= 0,05 maka H0 ditolak

P-value < 0,05 maka H0 diterima

Didapatkan R squared adalah 0,986/= 0,05

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisis dapat diuraikan sebagai berikut : Karena P-Value = 0,986, sehingga secara simultan variabel biaya promosi dan biaya distribusi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan.

4.3.2.2 Pembuktian Hipotesis Pengaruh Variabel Bebas Secara Parsial Terhadap Variabel Terikat ( Uji t)

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat maka digunakan uji t. Adapun langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :

1. Uji parsial variabel biaya produksi (X1)

H0 : Variabel biaya promosi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan.

H1 : Variabel biaya promosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan.

P-value >/= 0,05 H0 ditolak

P-value < 0,05 H0 diterima

Didapatkan dari perhitungan analisis regresi linier berganda adalah P-value sebesar

0,2365 >/= 0,05.

Kesimpulan:

Berdasarkan perhitungan diperoleh P-value sebesar 0,2365 >/= 0,05 , maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga kesimpulannya variabel biaya produksi secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.

2. Uji parsial variabel biaya distribusi (X2)

H0 : Variabel biaya distribusi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan.

H1 : Variabel biaya distribusi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan.

P-value >/= 0,05 H0 ditolak

P-value < 0,05 H0 diterima

Didapatkan dari perhitungan analisis regresi linier berganda adalah P-value sebesar

01110 >/= 0,05.

Kesimpulan:

Berdasarkan perhitungan diperoleh P-value sebesar 0,11109>/= 0,05 , maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga kesimpulannya variabel biaya distribusi secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

  1. Variabel biaya promosi (X1) dan biaya distribusi (X2), secara bersama berpengaruh nyata terhadap volume penjualan (Y). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pertama tentang dugaan adanya pengaruh bersama dari variabel-variabel bebas (X) tersebut terhadap variabel terikat (Y) dapat diterima.
  2. Variabel biaya promosi (X1) dan biaya distribusi (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.
  3. Koefisien determinasi yaitu sebesar 0,986 menunjukkan bahwa secara bersama-sama kedua variabel bebas mampu menjelaskan perubahan yang terjadi terhadap variabel terikat sebesar 98,6%.

5.2 Saran dan Rekomendasi

  1. Riset ini masih memiliki banyak kelemahan karena terbatasnya waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis.
  2. Rekomendasi untuk riset ini adalah lebih banyak menambahkan variabel-variabel lainnya.
  3. Usulan untuk riset selanjutnya adalah menambahkan variabel- variabel lainnya.

Sumber:

Situs Indofood Makmur, Tbk. www.jsx.co.id

Husein, Umar. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Minggu, 30 Oktober 2011

TUGAS METODE RISET PERTEMUAN Ke 6 BAB III

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

PadaPT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, dalam usaha meningkatkan volume penjualan agar dapat mencapai laba maksimal yaitu dengan melakukan kegiatan marketing mix. Khusus dalam penelitian ini hanya akan dianalisa mengenai pengaruh variabel-variabel yang terdiri dari promosi dan distribusi terhadap volume penjualan.

Adapun variabel yang berpengaruh adalah:

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

a. Promosi

Promosi merupakan aktivitas pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi tentang perusahaan dan produknya kepada konsumen sehinggga menciptakan permintaan.

b. Distribusi

Distribusi adalah suatu kegiatan menyalurkan barang dan jasa disertai hak milik dari produsen ke konsumen.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah volume penjualan. Data volume penjualan diambil selama 3 periode yaitu dari tahun 2007-2010

3.1 Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari sumber-sumber tidak langsung atau yang telah disusun oleh pihak lain yang ada kaitannya dengan penelitian.

Data ini meliputi:

a. Data volume penjualan tahun 2007-2010.

b. Data mengenai biaya prmosi dan distribusi.

3.2 Metode Penelitian

Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian, metode yang digunakan adalah :

  1. Observasi

Dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung mengenai operasional toko untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya.

  1. Dokumentasi

Dilakukan dengan melihat catatan mengenai data-data yang ada hubungannya dengan penelitian.

3.3 Metode Analisis Data

Analisis Regresi Linier Berganda

Adalah teknik analisa data untuk mengetahui pengaruh antara variable independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Dimana variabel X terdiri dari Promosi (X1) dan Distribusi (X2) (Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo, 1993: 352). Rumus persamaan regresi adalah :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Dimana :

Y = Volume penjualan

a = Nilai konstanta

b1b2 = Koefisien regresi

X1 = Biaya promosi

X2 = Biaya distribusi

Biaya promosi: adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi tentang perusahaan dan produknya kepada konsumen sehinggga menciptakan permintaan.

Biaya Distribusi: adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan menyalurkan barang dan jasa disertai hak milik dari produsen ke konsumen.

a. Uji Hipotesa dengan menggunakan uji t

Uji t ini dilakukan untuk melihat signifikan dari pengaruh variable independen secara individu terhadap variabel dependen. Dalam hal ini adalah untuk melihat signifikan dari masing-masing variabel promosi dan distribusi terhadap volume penjualan.

b. Uji hipotesa dengan menggunakan Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui besarnya dampak atau pengaruh secara nyata antar variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama (Djarwanto Ps, 1993:268).

Sumber

Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo, (1993), Statistik Induktif, Edisi 4, Yogyakarta :

BPFE.

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MARKETING MIX TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA PT. DANLIRIS DI SUKOHARJO, T.S. WAHYU PRIMA INDRAYANA, 2009

PENGARUH BIAYA PROMOSI DAN BIAYA DISTRIBUSI TERHADAP PENJUALAN PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk., Didin Mukodim, 2007

PENGARUH VARIASI PRODUK DAN BIAYA PROMOSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN SEPATU LEAGUE PADA SHOWROOM SPORTINDO TUNJUNGAN PLAZA 2 SURABAYA, INDRA BUDHI WIJAYA, 2010

Tugas ini diberikan oleh Pak Prihantoro

Senin, 24 Oktober 2011

TUGAS METODE RISET PERTEMUAN Ke 5 BAB II

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori dalam penelitian ini merupakan salah satu pedoman penting yang akan memberikan gambaran awal mengenai alur penelitian yang kemudian akan dijadikan dasar analisis selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, maka beberapa konsep dasar teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini akan dijabarkan lebih lanjut.

2.1 Promosi

A. Pengertian Promosi

Promosi merupakan salah satu hal yang penting dalam pemasaran. Oleh karena itu banyak perusahaan yang mengecer melaksanakan promosi agar produk dan jasa yang dihasilkan dapat dikenal oleh masyarakat dimana pada akhirnya akan dapat meningkatkan volume penjualan produk. Adapun pengertian promosi menurut para ahli di bidang pemasaran.

Menurut Sigit (2002:53) “Promosi penjualan adalah setiap bentuk komunikasi yang digunakan oleh perusahaan (pemasar) untuk memberitahukan (informasi), membujuk, atau mengingatkan orang mengenai produk, jasa, bayangan (image), gagasan (ide) atau keterlibatan perusahaan dan masyarakat dengan maksud agar dapat menerima dan melakukan perbuatan sebagaimana yang dikehendaki oleh perusahaan (pemasar)”.

Menurut Kotler dan Armstrong (2001:173), “Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek untuk mendorong pembeli dari suatu produk atau jasa”.

Menurut Simamorang (2001:285), “Promosi adalah suatu promosi yang persuasive, mengajak, mendesak, membujuk, dan meyakinkan orang-orang tentang produk yang dihasilkan organisasi individu, maupun rumah tangga dengan tujuan meningkatkan omzet penjualan perusahaan dan perusahaan dapat dikenal dalam masyarakat luas”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi adalah kegiatan yang terencana untuk merangsang atau membujuk, member informasi kepada konsumen agar mau bergerak untuk membeli. Hanya digunakan dalam jangka pendek sehingga dapat mendongkrak atau meningkatkan hasil penjualan.

Menurut William J. Stanton (1996:47), “Promosi adalah unsur yang didayagunakan untuk memberitahukan dan membujuk pasar tentang produk baru perusahaan. Iklan, penjualan perorangan dan promosi penjualan merupakan kegiatan utama promosi”.

Menurut Burnett (2000) ‘Promosi merupakan aktivitas pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi tentang perusahaan dan produknya kepada konsumen sehinggga menciptakan permintaan”.

Menurut Payne (2000) “Untuk dapat mengkomunikasikan produknya dengan efektif, perusahaan harus menentukan terlebih dahulu pasar sasarannya (target market) dan mengkombinasikan dengan alat promosi seperti periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung dan tenaga penjual sedemian rupa sehingga konsumen dapat mengenal produk perusahaan dan tertarik untuk membeli produk tersebut.

B. Fungsi Promosi

Promosi yang dilakukan oleh perusahaan mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Mencari dan mendapatkan perhatian (attention) dari calon pembeli. Perhatian calon pembeli harus diperoleh karena ini merupakan titik awal proses pembelian barang dan jasa.

2. Menciptakan dan menumbuhkan ketertarikan (interest) pada diri calon pembeli.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu (desire) calom pembeli untuk memiliki barang yang ditawarkan. Setelah seseorang tertarik maka akan timbul rasa ingin memiliki.

C. Tujuan Promosi

Tujuan dari informasi menurut Dharmesta (2002:353) dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :

1. Modifikasi tingkah laku

Artinya ditinjau dari segi promosi yang berusaha untuk merubah tingkah laku dan pendapat seseorang dengan jalan mempengaruhi dan membujuk untuk mendorong seseorang untuk membeli barang atau jasa.

2. Memberitahu

Diarahkan untuk memberitahu berbagai hal tentang barang atau jasa yang ditawarkan, termasuk juga tentang perusahaan dan bantuan pemasaran.

3. Membujuk

Dalam hal ini promosi penjualan diarahkan untuk merayu dan mempengaruhi agar konsumen tertarik untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan, disamping itu juga diarahkan untuk dapat merubah sikap dengan mempengaruhi tingkah laku pembeli dengan memberikan informasi yang konferatif.

4. Mengingatkan

Diarahkan untuk mengingatkan kembali konsumen guna mempertahankan merk produk di hati masyarakat dan perlu dilakukan selama tahap kedewasaan di dalam siklus kehidupan produk

D. Bentuk-bentuk Promosi

Bentuk-bentuk promotional mix menurut Rismiati dan Suratno (2001:255) yaitu:

a. Periklanan

Periklanan merupakan bentuk lisan dan promosi nonpribadi tentang ide, barang dan jasa yang dibayarkan oleh sponsor tertentu. Dalam periklanan produk, pemasang iklan menyatakan kepada pasar tentang produk yang ditawarkan.

Periklanan produk ini dapat dibagi ke dalam:

· Primary demand advertising

Merupakan periklanan yang berusaha mendorong permintaan untuk suatu jenis produk secara keseluruhan, tanpa menyebutkan merk atau nama produsennya.

· Selective demand advertising

Selective demand advertising ini hamper sama dengan primary demand advertising. Hanya bedanya dalam selective demand advertising disebutkan merk dagang yang ditawarkan.

Selain primary demand advertising dan selective demand advertising, periklanan produk ini juga dapat dikelompokkan ke dalam:

· Periklanan langsung

Kegiatan periklanan penjual langsung menginginkan adanya tanggapan yang cepat dari iklannya.

· Periklanan tidak langsung

Periklanan yang dibuat untuk permintaan dalam jangka pendek.

b. Personal selling

Personal selling merupakan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calom pembeli atau lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.

Tujuan personal selling:

· Mengarahkan para penjual

· Mengembangkan target pelanggan

· Menggunakan waktu penjualan secara efisien

· Memotivasi tenaga penjualan atau untuk merebut pangsa pasar dengan cepat.

c. Publisitas

Publisitas merupakan pemberitahuan secara komersial di media masa atau sponsor nonpribadi dengan tujuan untuk mendorong permintaan atas produk barang atau jasa atau ide perusahaan.

d. Promosi penjualan

Promosi penjualan merupakan kegiatan pemasar selain periklanan, personal selling, dan publisitas yang mendorong pembelian barang oleh konsumen. Kegiatan promosi penjualan diantaranya pameran, peragaan, demonstaris, dan lain-lain.

Tujuan promosi penjualan:

· Meningkatkan permintaan dari pemakai industrial dan atau konsumen akhir

· Mendorong pelanggan membeli lebih banyak

· Mendukung dan mengkoordinasikan kegiatan personal selling dan periklanan

Tujuan akhir dari promosi adalah untuk mendapatkan seseorang untuk membeli suatu produk maupun jasa. Menurut lamb. et. al (2001:159) bahwa untuk menjangkau tujuan promosi disebut dengan konsep AIDA, yaitu:

· Awarenses (kesadaran)

Pemasaran iklan harus pertama kali mencapai kesadaran dengan target pasar. Sebuah perusahaan tidak dapat menjual sesuatu jika pasar tidak tahu barang atau jasa tersebut.

· Interest (minat)

Kesadaran sederhana dari suatu merk jarang mengarah pada suatu penjualan. Langkah berikutnya adalah menciptakan minat pada suatu produk.

· Desire (keinginan)

Menciptakan preferensi merk dengan menjelaskan keunggulan perbedaan produk tersebut dibandingkan pesaing.

· Action (tindakan)

Beberapa anggota pada target pasar ini mungkin sekarang yakin untuk membeli tetapi masih harus membuat keputusan membeli.

2.2 Place / Distribution (Tempat / Distribusi)

A. Pengertian Saluran Distribusi

Banyak perusahaan tidak dapat mencapai sasaran dalam penjualan yang telah ditetapkan disebabkan oleh tidak tepatnya saluran distribusi yang dipergunakan. Saluran distribusi adalah saluran yang dilalui suatu barang dari produsen ke tangan konsumen, adapun pengertian saluran distribusi yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

Menurut Kotler (2000:347), “Distribusi adalah seperangkat organisasi yang paling tergantung dan saling terlibat dalam proses perluasan produk atau jasa yang tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi”.

Menurut Dharmesta (2002:285), “Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai produsen”.

Menurut Simamorang (2001:309), “Distribusi adalah suatu lembaga perantara yang dilakukan kegiatan menyalurkan barang dan jasa disertai hak milik dari produsen ke konsumen”.

Dari ketiga definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah orang-orang atau lembaga yang saling tergantung dan saling terlibat di dalam perluasan barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri.

B. Fungsi Saluran Distribusi

Menurut Simamorang (2001:139) fungsi saluran distribusi adalah:

1. Mempermudah proses pertukaran. Perantara pemasaran pada umumnya mengurangi biaya pengirim produk kepada pelanggan.

2. Mengurangi ketidakcocokan.

C. Macam-macam Jenis dalam Pemilihan Saluran Distribusi

Saluran distribusi merupakan serangkaian partisipasi organisasional yang melakukan semua fungsi yang dibutuhkan untuk menyampaikan produk dari penjual ke pembeli akhir. Menurut Chandra (2002:221) ada tiga macam bentuk strategi saluran distribusi yang digunakan antara lain yaitu:

1. Distribusi Insentif

Jumlah distributor relative banyak untuk kawasan tertentu.

2. Distribusi Selektif

Hanya terdapat beberapa distributor pada kawasan tertentu.

3. Distribusi Eksklusif

Hanya terdapat satu distributor di kawasan tertentu.

2.3 Hipotesis

1. Variabel bebas yaitu biaya promosi dan biaya distribusi mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat dalam hal ini adalah volume penjualan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

2. Variabel bebas yaitu biaya promosi dan biaya distribusi mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat dalam hal ini adalah volume penjualan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.

Sumber

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MARKETING MIX TERHADAP VOLUME PENJUALAN PADA PT. DANLIRIS DI SUKOHARJO, T.S. WAHYU PRIMA INDRAYANA, 2009

PENGARUH BIAYA PROMOSI DAN BIAYA DISTRIBUSI TERHADAP PENJUALAN PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk., Didin Mukodim, 2007

PENGARUH VARIASI PRODUK DAN BIAYA PROMOSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN SEPATU LEAGUE PADA SHOWROOM SPORTINDO TUNJUNGAN PLAZA 2 SURABAYA, INDRA BUDHI WIJAYA, 2010

Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid II Edisi ke 8, Jakarta : Erlangga

Dharmaresta. 2002. Pemasaran. Jakarta : Erlangga

Rismiati dan Suratno. 2001. Pemasaran Barang Dan Jasa. Yogyakarta : KANISIUS

Simamorang, Bilson. 2001. Memenangkan Peluang Dengan Pemasaran Efektif Dan Profitabel Edisi 4. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Sigit, Soehardi. 2002. Pemasaran Praktis Edisi 3. Yogyakarta : BPF

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Perpektif Asia Buku ke 2. Yogyakarta : Andi

Charles, W. Lamb. et.al. 2001. Riset Pemasaran. Jakarta : Salemba Empat

Chandra, Gregorius. 2002. Strategi Dan Program-program Pemasaran Edisi 4. Yogyakarta : Andi

Burnett, Melissa S. dan Dale A. Lunsford. 2000. Conceptualizing Guilt in the Vola

Payne, Adrian. 2000. The Essence of Service Marketing. USA:McGraw-Hill

William J. Stanton, (1996), Prinsip Pemasaran I, Edisi Ketujuh, Jakarta : Erlangga.

Tugas ini diberikan oleh Pak Prihantoro